Senin

Berapa lamakah?

Berapa lama kau menikmati hasil kerjamu dalam sebulan?

Pertanyaan yang tak pernah bisa hilang dikepala, sejak kutemukan
tulisan dibekas bungkus kacang rebus seminggu lalu saat nongkrong di
Taman Ismail Marzuki sendiri tapi tidak sepi. Tak sengaja sih
sebenernya...membaca tulisan itu, hanya karena kebetulan handphone
lowbat dan tak ada seorangpun yang bisa diajak bercakap malam itu.

Selalu terlintas begitu saja, saat membanting tulang dan memeras
keringat hanya untuk mendapatkan beberapa lembar seratus ribuan yang
akan diterima saat akhir bulan. Selalu juga mengganggu dan memaksaku
untuk berhenti beberapa waktu tidak bekerja hanya untuk memikirkan
kalimat itu. Gaji sebulan yang bisa aku dapatkan, tak pernah bisa
mencukupi semua kebutuhan sehari-hari dalam sebulan.

Dua minggu, ya... Hanya dua minggu saja maksimal uang hasil jerih
payah itu bisa ku distribusikan kesemua pemilik rumah usaha dengan
beragam produk, merek dan kegunaannya. Bukan karena boros atau kata
orang-orang berpendidikan "konsumtif", tetapi semua harga yang tertera
dibandrolnya menunjukkan rentetan angka yang membuat kecut diriku.
Gaji yang hanya sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) sungguh tak
sebanding dengan kebutuhan-kebutuhan primer dalam sebulan. Tak
cukup!!

Ketika awal bulan, aku selalu membaca papan informasi di pabrik,
mengkolerasikannya juga di situs resmi perusahaan, tentang jumlah
keuntungan bersih yang diperoleh. Tak pernah bisa percaya dengan
angka-angka yang tertulis disana, jumlah digitnya hampir selalu
sembilan. Sedangkan aku bersama hampir seribuan orang lain hanya bisa
merasakan hasil kurang dari 1% keuntungan yang diperoleh.

Jika membicarakan aset, modal memang berperan penting dalam pembagian
keuntungan. Tetapi, apakah saya dan ribuan orang lain tak bisa
menyatakan bahwa tenaga (fisik) dan pikiran adalah aset juga yang
sangat berharga untuk kita sendiri dan perusahaan yang roda geriginya
bergerak, hanya bisa bergerak oleh kami, pekerja?

Kembali kepembahasan awal, berapa hari uangku habis dalam sebulan?
Jawabannya adalah paling lama dua minggu. Tak pernah lebih, kecuali
hanya makan satu kali sehari dengan menu mie instant atau tempe tanpa
sayur. Membayar biaya tempat tinggal, tagihan listrik dan kebutuhan
harian dalam sebulan tak pernah bisa tercukupi, salah satu dari itu
pasti bisa dilakukan hanya jika hutang.

Saya tidak akan membahas, dalam nilai riil atau secara matematis.
Karena hal ini selalu membuat saya menitikkan airmata... Selalu merasa
bahwa menghilangkan hidup adalah jalan terbaik. Namun bukan itu yang
perlu digaris bawahi, hanya keadilan sosial-lah yang saya idamkan agar
bisa tercapai di negara-bangsa ini. Bahwa, masyarakat kelas bawah
yang hanya mempunyai modal dalam bentuk tenaga dan pikiran bisa
mendapatkan hak-hak yang selama ini kurang optimal.

Jadi, berapa hari uang kita habis dalam sebulan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ikuti blog ini!

about me!

Foto saya
tak pernah puas dalam mencari dan selalu meniru gerak "bola" bergulir...terus bergulir...